Selasa, 04 September 2018

Penyakit Mata Yang Sering Dialami Orang Indonesia




  Jus Tomat Mie Ayam Jamur

Kasus kebutaan di Indonesia secara keseluruhan tidak terlalu tinggi. Meski begitu, gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi momok kesehatan yang serius, terutama pada kelompok lansia. Tingginya tingkat kebutaan di usia tua sebagian besar disebabkan oleh katarak, yang memang bisa berkembang seiring bertambahnya usia. Jadi, jenis penyakit mata apa lagi yang paling umum di Indonesia?

Daftar penyakit mata yang sering terjadi di Indonesia
1. Katarak
Katarak adalah salah satu penyebab kebutaan paling umum di Indonesia, bahkan hingga 50 persen. Menurut data Riskesdas Departemen Kesehatan 2013, setiap 1.000 orang ada satu penderita katarak baru. Sebagian besar kasus katarak berada di Provinsi Sulawesi Utara dan terendah di DKI Jakarta.

Orang Indonesia bahkan dilaporkan 15 tahun lebih cepat untuk mengembangkan katarak daripada penduduk daerah subtropis lainnya (seperti Malaysia, Hong Kong, dan Jepang). Sekitar 16-22% pasien katarak di Indonesia yang telah menjalani operasi katarak berusia di bawah 55 tahun.

Tingginya jumlah kasus kebutaan katarak di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh ketidaktahuan karena telah mengalami katarak dan / atau tidak terlalu sadar akan gejala katarak. Katarak menyebabkan lensa mata menjadi keruh, sehingga pandangan itu tampak buram pada awalnya. Dilansir dari Health Line, penderita katarak biasanya mengalami kesulitan melihat di malam hari, sensitif terhadap cahaya, dan tidak dapat membedakan warna dengan jelas.

Selain usia, beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko katarak dari usia muda adalah genetik, diabetes yang tidak diobati, hipertensi yang tidak diobati, merokok, telah terkena penyakit mata tertentu lainnya.

2. Glaukoma
Penyakit mata ini berkontribusi 13,4% terhadap kebutaan di Indonesia. Glaukoma mengikis dan merusak saraf optik yang mendukung penglihatan mata.

Ada dua jenis glaukoma, yaitu glaukoma sudut terbuka primer dan glaukoma sudut tertutup. Keduanya dapat disebabkan oleh usia, keturunan, komplikasi hipertensi di mata, komplikasi diabetes, penyakit mata tertentu seperti pelepasan retina dan retinitis (infeksi peradangan retina).

Glaukoma dapat dicegah dengan deteksi dini penyakit yang mendasarinya dan mendapatkan perawatan yang tepat.

3. Masalah refraksi
Masalah refraksi mata adalah gangguan visual yang menyebabkan cahaya masuk tidak langsung terpusat pada retina. Gangguan refraksi menyebabkan kebutaan sebesar 9,5% di Indonesia.

Beberapa kelainan refraksi di mata termasuk:

Rabun jauh (hyperopia): menyebabkan penglihatan kabur ketika melihat objek dekat, seperti ketika membaca buku atau menggunakan komputer.
Rabun jauh (miopia): menyebabkan penglihatan kabur saat melihat objek dari jarak jauh, seperti ketika menonton TV atau mengemudi.
Astigmatisme: menyebabkan penglihatan ganda saat melihat objek dekat atau jauh.
Presbyopia (mata lama): terjadi pada usia 40 tahun ke atas yang menyebabkan penglihatan kabur pada jarak dekat. Kondisi ini dikaitkan dengan bertambahnya usia.
Gejala umum dari pembiasan mata adalah ketidakmampuan untuk melihat objek dengan jelas (baik jauh atau dekat), pandangan kabur atau teduh, sampai kepala terasa pusing ketika memfokuskan sudut pandang pada suatu objek.

4. Konjungtivitis (mata merah)
Konjungtivitis atau iritasi mata sering terjadi di Indonesia karena paparan asap terhadap polusi, alergi, paparan kimia (sabun atau sampo), hingga infeksi (virus, bakteri dan jamur). Konjungtivitis menyebabkan kemerahan pada mata, terasa sakit, gatal, berair, dan bengkak di sekitar area mata. Mata merah bisa disembuhkan dengan menggunakan obat tetes mata.

5. Pterygium
Pterygium adalah gangguan mata karena selaput lendir yang menutupi bagian putih mata. Penyakit mata ini sering terjadi karena sering terpapar radiasi sinar matahari. Gejalanya bisa berupa mata merah, penglihatan kabur, dan mata gatal atau panas. Kehadiran selaput lendir juga membuat mata seperti benda asing tergelincir. Pterygium dapat disembuhkan dengan meresepkan tetes mata kortikosteroid untuk mencegah komplikasi atau operasi lebih lanjut.

0 komentar:

Posting Komentar